Gelora Nasionalisme Dari Dalam Istana Kerajaan


Gelora Nasionalisme Dari Dalam Istana Kerajaan

Namun kami menelaah hanya seputar kerajaan kaidipang besar kami tidak bermaksud melakukan protes atas isi penulisan pemberitaan wartawan tribun manado saudara AUDI KERAB pada tangal 23 maret 2008 tetapi memberikan input klarifikasi sebagaimana mestinya yang kami ketahui dari orang-orang tua yang merasakan langsung masalahnya. Dari peristiwa sejak tanggal 23 desember 1942 hingga di hapusnya swapraja kerajaan kaidipang besar 01 juli 1950 yagn dikenal dengan revolusi bolaang mongondow. Salah seorang saksi hidup yakni bapak TUNE TAIYA usia 82 tahun berdomisili di desa sonuo kecamatan bolangitang barat mengatakan saya adalah salah satu pemuda merah putih bersama teman saya MUHSIN BANGKO, SURANI HURALATA dan ADIN PUASA di bawah pimpinan abo arifin ponto (mai sarco) dan abo madu patilima (mai zainudin) sejarah mencatat bahwa tanggal 01 juli 1950 adalah gerakan pemuda bolaang mongondow yang anti penjajahan sekaligus untuk menggulingkan keempat bekas daerah swapraja di bolaang mongondow yang masih merupakan boneka belanda karena kesetiaanya dan di kaidipang besar pemuda-pemuda ini dikenal dengan pemuda merah putih kaidipang besar yang merupakan penyebaran dari pemuda merah putih gorontalo di bawah pimpinan bapak NANi WARTABONE. Pemimpin pemuda merah putih yang berjiwa patriotis, nasionalis dari bolangitang adalah abo arifin ponto dan abo madu patilima. Gerakan pemuda bolaang mongondow ini menjadi KNI (komite nasional Indonesia) pemuda kaidipang yang menjadi anggota KNI bolaang mongondow adalah
1. Partai MasyumiAbo Ahmad D KorompotAbo Bintarang Gumohung Bapak Male M Buhang
2. Partai PSIIAbo Donggala M. Korompot Bapak Puasa M Yakub
3. Partai SosialisBapak Ishak Patadjenu
Dalam hal ini kami tidak menonjolkan atau menunjukan popularitas seseorang maupun kelompok orang tetapi mengklarifikasi duduk persoalannya dan masyarakatlah yang memberikan analisa penilaianya. Sejarah adalah ungkapan-ungkapan peristiwa masa lalu yang tidak dapat di pungkiri. Kami dambakan di bolaang mongondow utara ini adalah terciptanya keharmonisan keakraban.
Sebagai warga Negara yang baik tentunya kita punya hak yang sama dalam mengeluarkan atau menyampaikan suatu pendapat. Marilah kita rapatkan barisan, perlihara rasa persatuan dan kesatuan, pererat tali silatuhrahmi persaudaraan dan pertebal silahturahmi sebab kita semua adalah bersaudara.
Saudara audi kerab juga dalam penulisan ini masih mengharapkan input-input atau masukan-masukan dalam pengungkapan sejarah, karena menurutnya masih banyak fakta sejarah yang belum terungkap karena keterbatasan dan kurangnya informasi, namun karya ini membuka jendela untuk mengungkap jutaan rahasia yang belum terungkap.
Tanggal 23 januari 2942 merah putih berkibar di gorontalo yang merupakan awal pemberontakan pemuda merah putih gorontalo di bawah pimpinan bapak nanai wartabone menentang penjajah belanda dengan tekad Indonesia berparlemen. Peristiwa ini merembet hingga ke kaidipang besar karena partai serikat islam dan muhamadiyah adalah cabang dari gorontalo.
Melihat gejolak in penguasa kerajaan kaidipang besar segera membentuk polisi-polisi kerajaan dengan dalih menjag akeamanan. Polisi-polisi ini terdiri dari suku minahasa, sanger, arab dan pribumi. Sebagao kepala kepolisiannya adalah bapak F siroy komandanya bapak abdulah alamri
Tanggal 1 febriari 1942 polisi-polisi kerajaan menangkap tokoh-tokoh sarikat islam dan muhamadiyah yang berkaitan dengan peristiwa di gorontalo termasuk yang di curigai :
ü abo donggala m korompot (kepala distrik kaidipang)
ü bapak A.M PAPEO (sangadi kuala)
ü abo leo mokodompis (sangadi buko)
ü abo ahmad D korompot (sangadi bigo)
ü abo husain antogia (ketua muhamadiyah)
ü bapak santa buhang (anggota partai sarikat islam)
ü abo pandu korompot (sangadi pontak)
ü bapak idrus M buhang (anggota muhamadiyah)
karena cepatnya mereka menerima informasi dari pada pendukungnya mak amalam harinya mereka berangkat ke gorontalo dengan jalan kaki melalui tihengo tembus kepedalaman anogile (atinggola) dikawal oleh bapak mohamad misaalah dan bapak sinte datukramat. Keesokan harinya tokoh-tokoh yang tidak sempat melarikan diri di tangkap oleh polisi-polisi kerajaan kemudian di bawah ke desa biontong antara lain :
ü Abo Philip Antogia
ü Abo Vandis Harunja
ü Abo Arfan D Korompot
ü Bapak Male M Buhang
ü Bapak Komas Datukramat
Yang Melarikan Diri Ke Desa Imana Antara Lain :
ü Abo Bintara Gumohung
ü Bapak Dabokaso Bolota
ü Bapak Maud Mokodompis
ü Bapak Lasama Rahman
ü Bapak Meipini Hapili
ü Abo Pade Korompot
ü Bapak Puasa M Yakub
ü Bapak Junus Patadjenu
ü Bapak Tunggulia Mokodompis
ü Bapak Gumaji Datuela
ü Bapak Hairama Tegela
ü Bapak Hangkiho Lamalaka
ü Bapak Popotung Patadjenu
ü Bapak B Posumah
ü Bapak Ismail Buhang
ü Bapak A.O Papeo
ü Bapak Laupak Bantu
ü Bapak Johan Salute
ü Bapak Gumohung
ü Bapak Latarima
ü Bapak Kamaru
ü Tontola Datuela
ü Jahidin Tegela
ü Après Korompot
ü Noho Rahman
ü Alumin Tonote
ü Ouko Wengkeng
ü Ayuba Mokodompis
ü Maujud Ahmadi
ü Muli Muliling
ü Turuna Van Gobel
ü Suduri Muliling
ü Suwya Ahmadi
ü Abu Baker Misaala
ü Bapak Rap Buhang
dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pejuang yang tidak sempat disebut satu persatu.
Sejak tahun 1910-1912 raja mahmud manopo korompot antogia lengser ke prabon atau mengundurkan diri dari jabatannya untuk sementara pemerintahan di laksanakan ole jogugu mbuingo papeo.

Perlu dijelaskan :D i kaidipang tidak di kenal raja mahmud lengser ke prabon atau egundurkan diri dari jabatannya tetapi pad atanggal 7 februari 1910 beliau wafat di istana kediaman raja didesa kuala. Sebelum dimakamkan jenazah beliau masih disembahyangkan dimasjid jami desa kuala yaitu masjid yang dibangun oleh raja ke 13 raja lui korompot. Masyarakat kaidipang memberikan julukan penghormatan dengan sebutan kiombuina komasigi.
Foto masjid

7 februari 910 raja mahmud meletakan jabatannya, maka kerajaan mengalami kekosongan raja. Tampuk pemerintahan dilaksankan oleh anak raja ke XIV mahmud manopo antogia yaitu dadoali korompot yang berstatus sebagai kepala distrik (marsaoleh) bersama jogugu mbuingo papeo.
Raja ke XIV kerajaan kaidipangMahmud manopo antogiaPerlu dijelaskan :Tanggal 07 februari 1910 raja mahmud bukan meletakan jabatan tetapi beliau wafat. Abo dadoali korompot bukan anak raja ke XIV tetapi adalah putra mahkota raja ke XII raj alui korompot. Beliau tidak pernah melaksanakan tampuk pemerintahan berarti disini terjadi dua pimpinan.Pada fase kekosongan (kevakuman) raja paska wafatnya raja mahmud manoppo korompot antogia dipersiapkan 3 calon pengganti yaitu :
1. Abo Lancing Kormpot (Adik Raja Mahmud)
2. Abo husain korompot (putra mahkota raja ke X tiaha korompot II)
3. Abo dadoali korompot (putra mahkota raja ke XIII lui korompot)
Dalam pencalonan ini terjadi silang pendapat antar akeluarga abo lancing berpendapat kalau husen korompot lebih banyak berdiam di buol karena ibunya orang buol. Sedangkan dadoali ia belum layak jadi raja karena masih terlalu muda.
Gejolak tarik menarik in abo lancing mengambil sikap beliau menemui R.S pontoh yang waktu itu berada di buol, lalau mereka bernegosiasi ini mereka membuat kesepakatan “ datang saja kamu ke kaidipang untuk menduduki posisi raja dengan kesepakatan apa bila kamu sudah duduk menjadi raja akan kami berikan kedudukan jogugu”
Setibanya di kaidipang abo lancing langsung melapor pada jogugu kerajaan kaidipang mbuingo papeo, kemudian jogug mbuingo papeo bermusyawarah dengan tokoh-tokoh adata, tokoh-tokoh masyarakat dan marga korompot kesimpulannya :
Disetujui R.S pontoh menduduki kursi raja dengan ketentuan setiap 5 tahun ditinjau apabila sudah ada pengganti dari marga korompot kedudukan raja akan dikembalikan kedudukan raja.
R.S pontoh sudah berkuasa sesuai dengan kesepakatan menandatangani kontrak pendek kortek verklaring, beliau sudah menentukan batas-batas wilayah kerajaan sebelah barat berbatasan dengan sungai atinggola dan sebelah timur berbatasan dengan desa biontong. Bahkan rencaa beliau nama kerajaan akan dirubah menjadi kerajaan bolangitan baru namun mendapat sanggahan dari bekas jogugu mbuingo papeo, abo dadoali korompot dan mayor kadato johanis van gobel dari buko.
Mereka bertahan kerajaan kaidipang tidak bisa di rubah namanya karena kerajaan kaidipang adalah kerajaan tertua yang dipimpin oleh 14 orang raja secara turun temurun. Akhirnya disepakati nama kerajaan menjadi kerajaan kaidipang besar meliputi kaidipang, bolangitan dengan ibu negeri di boroko. Kesepakatan abo lancing korompot dengan R.S ponto tidak dipenuhi untuk menduduki jabatan jogugu beliau hanya diberikan keduudkan kadi (urusan agama) akibatnya abo lancing kecewa dari kekecewaanya beliau bergiat mendirikan dan mengembangkan serikat islam sehingga berkembang dengan pesat di kerajaan kaidipang besar.
Tahun 1917 abo lancing dan abo leo mokodompis berangkat ke pulau jawa bertemu dengan bapak H.O.S cokroaminoto membahas tentang kegiatan program serikat islam di kerajaan kaidipang besar ke depan. Bapak cokroaminoto memberikan mandate kepada abo lancing korompot menjadi ketua serikat islam dan abo leo mokodompis menjadi secretariat serikat isklam.
Setibanya di kaidipang kedua tokoh serikat islam ini langsung ke gorontalo bertemu dengan bapak Hi katili menyampaikan hasil-hasil pertemuan dengan bapak cokroaminoto.Dari gorontalo dibentuk komisaris partai serikat islam terdiri dari
1. Bapak Abo Lancong Korompot
2. Bapak Lahai Dama
3. Bapak Ada Hati Salute
4. Bapak H Ondong
5. Bapak Gardamon Hangkiho
6. Bapak Bolar Ponamon
7. Bapak Gam Paputungan
8. Bapak Pesona Misaalah
9. Bapak Karel Ponamon
Nasib tak dapat diraih tokoh-tokoh sarikat islam ini dicurigai oleh pemerintah belanda atas informasi dari kerajaan kaidipang besar sehingga langusng didatangkan sebuah kapal perang belanda (kapal putih) untuk menagkap tokoh-tokoh sarikat islam.

Kapal sudah berlabuh diperairan pantai desa kuala, syahbandar kerajaan kaidipang bapak albert lalamentik angsung memasang bendera putih di lokasi ini suatu pertanda alam. Komandan pasukan belanda langsung turun disambut oleh bapak albert lalamentik dijelaskan bahwa di sini aman-aman saja tidak ada keributan kalau melihat banyak orang dijalan mereka barusan keluar dari masjid melaksanakan shalat idul adha selanjutnya mereka jiarah ke istana raja. Setibanya di istana raja komandan pasukan belanda langsung bertemu dengan raja RS. Pontoh dan tidak lama berselang tokoh-tokoh sarikat islam ditangkap.
1. bapak Abo lancing korompot di buang ke pulau jawa dipenjarakan di suku miskin namun beliau tidak melapor pada bapak cokroaminoto sehingga ketika wafat tidak diketahui lagi makamnya, masyarakat kaidipang memberikan julukan dengan sebutan KIDONI KOJAWA

2. Bapak GARDAMON HANGKIHO beliau masih ditahan oleh residen belanda di manado karena ketertiban beliau tahun 1913 memimpin anggota sarikat islam menentang colonial belanda dan raja buol pasumen turunku beliau ditangkap kemudian di bawah ke manado, di manado beliau dipercayakan oleh seorang bangsa jerman sebagai kuasa usaha perkebunan kopi, namun malang si jerman di usir oleh belanda di kembalikan kenegaranya akbitnya kehilangan pekerjaan.Tahun 1917 beliau kembali ke negeri leluhurnya di buroko bergabung dengan pimpinan sarikat islam kaidipang besar abo lancing korompot tahun 1919 tokoh-tokoh sarikat islam di tangkap di buang  kepulau jawa, Sumatra (sawalunto dan aceh) apak gardamon hangkiho masih ditahan oleh residen belanda di manado kemudian di kembalikan ke buol untuk dipertemukan dengan raja buol dan contoluir belanda. Tahun 1925 beliau kembali ke kaidipang dan diam-diam memimpin kembali anggota sarikat islam namun tidak berselang lama setelah itukembali lagi ke buol. Setibanya di buol beliau mendapat laporan dari raja kaidipang besar RS pontoh atas kegiatan sarikat islam. Tahun 1930 beliau ditangkap dipenjarakan dipenjara donggala bersama dengan van gobel korompot (lupa korompot) di vonis hukuman 5 ½ (lima setengah) tahun penjara dan dikirim ke penjara sukamiskin sedangkan van gobel korompot tetap dipenjara donggala. Beliau wafat di jawa tanggal 14-06-1945 dan dimakamkan dipemakaman para tokoh pejuang di perkuburan karet berdekatan dengan makam husni thamrin (makamnya sampai sekarang dipasang bendera merahputih) Gardamon Hangkiho salah satu tokoh perjuangan menentang penjajah du salumpaga toli-toli, namanya terukir diruas jalan toli-toli dengan jalan gardamon hangkiho.
3. Bapak lahai dama dan bapak ada hati salute mereka dibuang ke pulau Sumatra sawalunto usai masa tahanan mereka masih kembali ke kaidipang.
4. Bapak bolar ponamon ke pulau jawa di daerah blitar
5. Bapak pesona misaalah dibuang ke aceh dan masih kembali ke kaidipang
6. Bapak gam paputungan dibuang ke aceh dan masih kembali ke kaidipang di desa olot
7. Bapak karel ponamon dibuang ke wilayah sulawesi tengah.


Lokasi tempat berlabuhnya kapal perang belanda ini menjadi kenangan masyarakat kaidipang hingga kini di sebut tiang bendera. Lokasi ini perlu diabadikan dengan satu bangunan moumen yang mencerminkan ditangkapnya tokoh-tokoh sarikat islam yang anti penjajahan oleh kebengisan pemerintah belanda. Peristiwa ini kejadiannya sekitar tahun 1919.

Kerajaa kaidipang merupakan salah satu kerajaan di wilayah ini yang berdiri tahun 1677Perlu dijelaskan:Kerajaan kaidipang bukan salah satu kerajaan, tetapi kerajaan kaidipang adlah kerajaan tertua yang dipimpin oleh 14 orang secara turun temurun yang meliputi batas-batas wilayah :
Sebelah barat berbatasan dengan desa gentumaSebelah timur berbatasan dengan desa sompiro minangaditi
Kerajaan kaidipang bukan berdiri tahun 1677 tetapi berdiri ±1630 dengan raja I raja mauritz datoe binangkal korompot yang dilantik di goa makassar 1630 atas prakarsa residen belanda piethet van den broke dalam lawatan misi perjalanan dari ternate menuju makassar dengan permaisuri seorang puteri keturunan raja limboto boki tohomiong oliiRaja ke VIII adalah wellem david korompot (1770-1817)• Permaisuri I seorang puteri bernama elizabet dikarunia 2 orang anak yakni patra korompot dan tenga korompot. Ketika raja wellem david masuk agama islam, permaisuri elizabet tidak mau ikut masuk agama islam dan mengambil sikap pulang ke negeri asalnya negeri belanda dan kedua putranya dibawah serta• Permaisuri ke II boki deinulio dikarunia seorang putra bernama Abo Toruru Korompot• Permaisuri ke III boki panivulawa dikarunia seorang puteri bernama Boki Linggakoa Korompot yang mendapat jodoh dengan seorang putera dari bolangitan ponto dikarunia anak seorang putera bernama Salmon PontoBoki linggakoa bermohon kepada bapaknya supaya berikanlah kedudukan raja di bolangitan namun bapaknya waktu itu belum merestui dan menyatakan aku belum berikan pada suamimu, nanti apabila cucuku salmon sudha dewasa baru kuberikan kedudukan raja Ketika Abo Salmon sudah menjelang usia dewasa datang menghadap lagi Puteri Linggakoa saat itu bapaknya sudah merestui dengan ketentuan kamulah yang akan menjalankan pejabat raja nanti Salmon sudah dewasa baru ia lanjutkan. Salah satu keturunan raja salmon ponto adalah Abo Pade Ponto beliau kawin dengan adik Raja Gonggala Korompot (II) yakni Boki Jamarutu Korompot menurunkan anak :

1. Abo ali ponto (bai sapadili)
2. Abo adam ponto (bai indah)
3. Abo sahun ponto

4. Boki s pontoh

• Pemaisuri ke IV Boki Vungaolele asal desa gentuma menurunkan anak :1. Abo Mahanjalangi Korompot2. Abo Panginjolang Korompot (Vansalang)Abo Mahanjalangi menurunkan anak : dasankilo, pinolangkad, salayaru, damopolii, dan bua dompe yang kawin dengan puteri raja limboto lagarusu.Abo Penginjolang waktu mudanya termasuk pemberani dan suka berkelahi begitu dewasa menjadi orang yang taat beribadah sehingga bapaknya raja Wellem David Korompot memberikan kedudukan pada beliau sangadi kadi (urusan agama). Abo Panginjolang berkecil hati dan menyesal karena saudara sebapaknya Boki Linggakoa diberikan kedudukan raja, akhirnya beliau tidak menggunakan nama besar Korompot tetapi menggunakan nama besar Vansolang yang berkembang di desa imana, gentuma, atinggola, buko dan buroko.

• Permaisuri ke VBoki moming dikarunia seorang puteri bernama KATULING. Kemudian Boki Katuling dikawin raja Buol Datumolo dikarunia seorang putra bernama Telehulawa. Telehulawa dikawin raja tiaha korompot II dikarunia seorang putera bernama Abo Husein KorompotPada halaman ini juga tertulisKerajaan kaidipang sempat diperintah oleh raja antogia sebagai raja VII namun kekuasaan kerajaan kaidipang kemudian beralih ke tangan keturunan Donggala Korompot I yaitu tatu makensi korompot mengganti namanya menjadi Wellem David Korompot.Perlu di jelaskan :Raja antogia korompot adalah putera raja ke 5 raja Piantai Korompot dari permaisuri bua Keaba Mamonto Manoppo dari Dumoga Mongondow.Distruktur keturunan raja-raja kerajaan kaidipang tidak ada istilah sempat diperintah oleh raja antogia, tetapi terstruktur adalah raja ke 6 yaitu raja Antogia Korompot dan beliau bukan raja ke 7, raja ke 7 adalah raja Gonggala Korompot II menurunkan 2 orang anak :1. Wellem David Korompot2. Niggule Korompottatu makansi korompot adalah nama raja Wellem David Korompot ketika beliau masuk agama islam (jadi nama pertama waktu beliau masih beragama krsten katolik wellem David Korompot) permaisuri ke 4 Boki Vungoleleterdapat dalam penulisan halamankerajaan kaidipang hingga tahun 1920 banyak pemuda menimbah ilmu di luar daerah. Dalam mengenyam pendidikan di luara daerah, seperti sekolah OSVIA (Opleading Voor Llandse Amtenaren). Sekembalinya ke kampung halaman mereka menebar samangat nasionalisme dan patriotisme. Diantaranya adalah seorang pemuda yang berjiwa patriotisme menentang penjajah belanda adalah lancong korompot. Dia banyak mendapat sentuhan doktrin cinta tanah air dari organisasi serikat islam.Perlu di jelaskan : Bahwa dalam riwayat hidup Abo Lancong Korompot yang diceritakan secara turun temurun tidak pernah didengar beliau disekolahkan atau mengayam pendidikan disekolah OSVIA pada fase kekuasaan kerajaan kaidipang besar.Tahun 1919 Abo Lancong dan tokoh-tokoh sarikat islam seudah ditangkap oleh tentara belanda dan dibuang ke pulau jawa dan sumatera, mana mungkin tahun 1920 mengenyam pendidikan di luar daerah.Abo Lacong adalaha tokoh pejuang sarikat isklam di kaidipang besar  yang tidak sepaham dengan raja RS pontoh akibat kekecewaan sebagaimana yang dijelaskan pada penyampaian sebelumnya.Sesuai kesepakatan setiap 5 tahun ditinjau apabila sudah ada pengganti maka kedudukan raja akan di kembalikan ke marga korompot. (kontrak pendek korte verklaring)Maka pada tahun 1939 sudah dipersiapkan pengganti raja Abo Dadoali Korompot putera mahkota raja ke 13 Lui Korompot, namun kondisi kesehatan beliau itu sudah sangat kritis sehingga didatangkan seorang dokter dari manado bernama dr singal untuk memeriksa kesehatan beliau dibantu oleh mantra kesehatan kaidipang besar Abo Binangkas Mokodompis.Namun manusia hanya merencanakan tetapi Allah SWT menentukan lain, beliau wafat dan kedudukan raja tetap diteruskan oleh R.S pontoh hingga juli 1950 seiring dengan penghapusan daerah swapraja. (rhp)
sumber info : bolmutpost
 

Penganugerahan Sakurango Kepada Pejabat Pemerintah


Prosesi Adat Istiadat Penganugerahan Sakurango Kepada Pejabat Pemerintah
Masyarkat adat bintauna dan sangkub dalam proses demokrasi ikut berperan dalam program pemerintah dan juga memberikan dorongan kepada seseorang pejabat dapat berhasil membangun daerah, perhatian tersebut tidak hanya sampai pada partisipasi aktif bahkan pelaksana adat musyawarah untuk memberikan penilaian kepada pejabat pemerintah yang dianggap berhasil dan menjadi teladan bagi generasi akan datang dengan ditengahkan sebagai jakurango atau kepala suku oleh lembaga adat

Tata Cara Pembeberian Anugrah
  • Sebelumnya tua-tua adat beserta pemangku adat dari seluruh wilayah adat bermusyawarah untuk menentukan dan mengusulkan pejabat yang di beri anugrah sakurango atau kepala suku. Setelah mereka bersepakat dengan bulat, maka ditentukanlah pelaksana
  • Pelaksana adat sebelum upacara di mulai mempersiapkan peralatan adat seperti pakaian kebesaran, keris, sarung, dan selendang serta topi adat. Upacara pelaksanaan pengukuhan sakurango dihadiri oleh seluruh tua-tua adat dan pemangku adat, sebelum pakaian adat dikenakan seorang tua adat menyampaikan itum-itum atao tivato, setelah acara sacral penobatan sakurango selesai dihibur oleh kesenian adat berupa kulintang, tambur, gong dan meruas diserai dengan tarian joke.


 

Prosesi Adat Istiadat Pada Aqikah Dan Gunting Rambut


Prosesi Adat Istiadat Pada Aqikah Dan Gunting Rambut

  1. Aqikah

Aqikah adalah suatu kewajiban orang tua kepada anak yang baru lahir sejak hari kelahiran sampai dengan sebelum Baliq sebagai tebusan, pemotongan Aqikah bagi anak laki-laki 2 ekor kambing jantan dan bagi anak perempuan 1 ekor kambing jantan yang sudah cukup umur, yang kemudian dagingnya di bagikan kepada kaum duafa, adapun pembagiannya ada dua cara, pertama daging di masak kemudian diantarkan kepada fakir miskin atau siap saji, yang lebih afdalnya adalah keluarga dekat dan kedua mengandung kerabat kemudian di makan secara bersama-sama

menurut adat istiadat ucapan aqikah dilaksanakan dengan meriah, sebelum kambing di sembelih dimandikan dengan kembang yang harus pada seluruh badannya, dan di kalungkan dengan bunga kamboja, serta dihadapkan pada cermin saat di sembelih seluruh badan kambing di tutup dengan kain putih.


  1. Gunting Rambut


Gunting rambut bagi bayi baru lahir dilaksanakan pada hari ke 7 sampai sebelum Aqil Baliq, upacara gunting rambut diawali dengan pembacaan kitab berjanji dalam ruangan yang sudah disediakan yang dihiasi dengan mayang mudah pinang dan pisang masak kecil yang digantungkan pada tali, setelah pembacaan berjanji sampai pada MAHALILQIAM atau ASRAKA maka sang bayi dikeluarkan dari kamar oleh kedua orang tua yang didampingi oleh bebrapa orang yang membawa lilin sudah di nyalakan, dan ada yang membawa baskom berisikan kembang yang diberi minyak harum yang didalam terdapat emas, pada saat menggunting rambut kepala bayi dibasahi kemudian digunting setiap rambut yang terpotong dicampurkan pada kembang dan air kelapa muda, setelah itu rambut dan kembang diisi kembali pada temapt semula, kemudian buah kelapa muda diikat dan digantungkan pada sudut atas rumah. Upacara gunting rambut diakhiri dengan pembacaan doa selamatan oleh imam dan orang serta hadirin yang diundang
 

Legenda Dan Sejarah Desa Bolangitang


Awal mula berdirinya desa bolangitang yakni pada tahun 1908 ditempat yang sekarang desa bolangitang, desa bolangitang waktu itu bernama “BULAN ITAM” oleh seorang penulis barat yang bernama Ds Brants dan oleh anak negeri menyebutnya “BULANGITA” Yang berarti “berasal dari nama jenis kayu yang terdapat di kecamatan bolangitang” yaitu kayu bulangita sehingga masyarakat pada waktu itu menamakan desa tersebut “ Desa Bolangitang” pada tahun 2008 desa bolangitang dimekarkan menjadi 3 bagian yang diprakarsai oleh bpk K.P djarumia da BPD bolangitang dengan dasar pemikiran desa bolangitang sangat luas dan sulit untuk dijangkau dan di layani oleh seorang kepala desa dengan luas wilayah kepemerintahan dan jumlah penduduk semakin padat maka dengan rapat musyawarah desa bolangitan gdi bagi 3. adapun sejak berdirinya desa bolangitang hingga sekarang telah di pimpin oleh para kepala pemerintahan dalam hal ini snagadi yang sebelumnya dibahasakan nama “kepala desa” baik pemerintahan definitive, pejabat maupun hanya sebagai pelaksana tugas (plt) yang sampai dengan saat ini sudah berjumlah 20 kepala pemerintahan.

Legenda Dan Sejarah Desa Bolangitang
 

Sejarah Desa Binjeita


Pada Tahun 1981 pada saat itu masa Kerjaan Mokapog yang pada ahirnya menjadi Kerajaan Bolangitang belum dikenal dengan nama desa Binjeita. Pada masa kerajaan Mokapog datangla sekolompok orang yang berasal dari suku binjai, mereka sedang melakukan pelayaran namun karena kehabisan bahan makanan maka berlabuhla mereka di kampung ini, dan mulai melakukan aktifitas dengan menanam bebagai macam komoditi untuk dijadikan bekal melanjutkan perjalanan saat itu mereka menanam jagung yang dalam bahasa Bolangitang dikenal ”BINTE” dan sayuran yang dalam bahasa Bolangitang dikenal dengan nama ”UTA” makah oleh raja Bolangitang pertama digabungkan kedua kata ini menjadi ”BINTDEUTA” berasal dari kedua penggabungan kata tersebut diubah menjadi BINJEITA, sehinga kata ini dijadikan nama desa yang sampai saat ini dikenal.

Sejarah Desa Binjeita
 

Prosesi Adat Istiadat Pada Peristiwa Kematian


Prosesi Adat Istiadat Pada Penyelenggaraan Syariat Dan Pada Peristiwa Kematian

Pada setiap kematian kita di wajibkan untuk melaksanakan fardu kifayah, seperti memandikan, mengkafankan, menyelatkan, dan menguburkan. Setelah di kuburkan di bacakan talqin dan tahlilan. Adapun pelaksanaan tahlilan dari hari pertam sampai ke seratus adalah merupakan kebiasaan sejak dari dulu kemudian dipraktekkan oleh para ulama bagi keluarga yang berduka, pelaksanaanya biasanya dilakukan dari hari pertama sampai 10 hari. Cara pelaksanaanya dari pertama sampai ke 7 dilaksanakan tahlilan setiap malam, kemudian di malam ke 7 sampai ke 40 tahlilan setiap malam jum’at, dari 40 sampai 100 hari tahlilannya di lakukan setiap hari kesepuluh. Bersamaan dengan itu kebiasaan adat pad akematian ikut di laksanakan seperti penyampaian bahasa adat oleh salah seorang lembaga adapt sebelum doa arwah di mulai dihadapan pemangku adapt yaitu vovato dan lebe-lebe dalam hal ini pemerintah desa kecmatan dan kabupaten jika pada pelaksanannya hadir serta pegawai syar’I dan masih ada lagi prosesi adapt lainnya sebgai berikut.

  1. Selendang Putih (fuyango)
Dimaksudkan selendang putih (fuyango) dikenakan kepada keluarga yang berduka khusunya kaum perempuan sebagai tanda bahwa keluarga tersebut sedang mengalami musibah kematian dari salah satu keluarganya. Selendang tersebut dikenakan dan akan ditanggalkan setelah pelaksanaan doa arwah hari ke tujuh dengan istilah pipiah yang pada saat penaggalannya disertai dengan tum-itum atau hoivoto.

  1. Hidangan (paili)
hidangan atau paili ilah jenis-jenis makanan yang diatur pada talam yang diletakan dalam kamar persemayaman mayit, hidangan ini di bacakan doa tersendiri oleh imam atau pegai syar’I dalam kamar songkolua setelah doa arwah secra umum usai dilaksanakan yang kemudian paili tersebut disedekahkan oleh keluarga kepada oran gyang memandikan. Dalam hal ini dilakukan setiap pembacaan doa 3 hari, 7 hari, 40 hari dan 100 haril.

  1. Pinomarenta
maksdu dari pinomarenta adalah mengantar barang-barang pad ahari ke 10 setelah kematian kepad aorang yang memandikan mayat berupa pakaian, lampu dinding, periuk, piring, gelas, sendok, garpu, bantal keapala dan guling serta tikar. Pada saat pengantaran alat-alat tersebut oleh keluarga bersama orang-orang tua adat.

  1. Monaraka
Monaraka adalah prosesi adapt yang dilakukan oleh keluarga duku bersama lembaga adapt apabila yang meninggal itu suami dari seorang istri maka setelah genap 100 hari maka wanita yang suaminya meninggal dunia akan diserahkan kembali tanggung jawab yang sebelumnya tanggung jawab tersebut berada di tangan suaminya yang sudah meninggal, sehingga tanggung jawab keamanan dan keselamatan wanita janda tersebut menjadi tangguangan bersama kedua belah pihak yaitu pihak keluarga laki-laki dan keluarg awanita yang apa bila dikemudian hari ada anak lak-laki yang berminat untuk melamar di jadikan istri keluarga lakilaki dari mantan suaminya sehingga tidak keberatan apabila lamaran tersebut di terima oleh dirinya atau orang tuanya.

  1. Matubo
yang dimaksud dengan motubo ialah tanda yang dipasang di depan rumah sebagai israt keluarga tersebut mendapat musibah kematian, yang terbuat dari bamboo bertiang emapt mengerucut keatas dihiasi dengan janur kelapa, pada ujung atasnya di pasang bendera kain berwarna putih.

write by refly hertanto puasa
 

Cuplikan Sejarah Mokapog


Pengantar : 

Untuk memenuhi hasrat ingin tahu generasi masa kini akan sejarah daerahnya, berikut ini kami sajikan Episode MOKAPOG, berupa cuplikan Sejarah Mokapog yang kami sadur dari Buku Sejarah Singkat KERAJAAN KAIDIPANG BESAR (Kaidipang dan Bolangitang) - Disusun oleh DRS.H.T.USUP Dosen IKIP Manado - Terbitan II 1979.







Dalam kilas balik

(catatan kecil dari mokapog centre)


Sebenarnya - secara substantif - kita kini berada dalam situasi seperti yang pernah dilakukan oleh para leluhur kita lebih empat abad yang lalu (Awal Abad ke 17), ketika mereka menggelar musyawarah dalam suatu “bakid” atau “bokiru”, mendeklarasikan “Negeri Mokapog” dan kemudian memilih ”Pangulu” (“Primus inter Pares’) Dotinggulo atau “Dotu Tinggulu” sebagai “Dotu” atau Raja mereka. “ Noboli Lipu" - "Noboli Adato" - "Noboli Dotu". Prosesnya melalui suatu bentuk 'demokrasi sederhana', dimana melalui suatu musyawarah, mereka telah berhasil menetapkan Wilayah, System dan Pemimpin Pemerintahan. Semua terlaksana secara elegan , mandiri, egaliter, dan semuanya berlangsung dalam suasana dan semangat persatuan yang kuat. 



Kita perlu garis bawahi bahwa Warga Mokapog tadinya bukan merupakan suatu kelompok yang homogen. Mereka merupakan gabungan Madihutu (pribumi) sekitar Lagang Kadul dan kelompok-kelompok yang berasal dari lereng gunung Kabila, Dumoga , Molibagu, dan Doluduo . 

Namun, ketika harus menjawab “tuntutan sejarah” akan perlunya “identitas bersama” sebagai suatu kaum yang bersatu dalam memperjuangkan dan mengelola kepentingan bersama, berperadaban dan tertata dalam suatu tatanan masyarakat yang teratur layaknya suatu masyarakat yang berbudaya, mereka berhasil menyatukan diri dan menjadikan Mokapog sebagai “melting pot” atau semacam wadah yang menampung dan melebur mereka sebagai satu kesatuan (“Mohokapogu”- berhimpun - menjadi cerah). “Tiang pancang eksistensi Orang Mokapog telah ditancapkan."..... Mereka - pada masanya - telah berhasil melakukan suatu terobosan besar.



Kilas balik semacam “tamasya sejarah” ini , sengaja kami angkat kembali , untuk sekali lagi mengajak kita semua (Masyarakat Adat Mokapog) , memanfaatkan sari-pati kearifan kisah-kisah lama - tanpa secara dangkal terjebak dalam romantisasi sejarah - mencoba memaknai dari perspektif masa kini , dan daripadanya, kita bisa menarik pelajaran yang bermanfaat sebagai basis rujukan kita dalam menyikapi hiruk-pikuk kehidupan politik di era demokratisasi seperti sekarang ini.___psp-mokapogcentre

------------------------------------

PEMERINTAHAN KEDATUAN MOKAPOG

Terpilihnya Dotinggulo sebagai Raja / Dotu atau 'Ketua' pertama di negeri Mokapog karena memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan yang dilakukan diantara para pimpinan kelompok yang menghadiri bakid/bokiru tersebut. Dengan demikian beliaulah yang naik dan menduduki

singgasana kerajaan sebagai Raja/Dotu pertama Kedatuan ini. Kelak karena bijaksananya beliau membina kedatuan ini sehingga orang-orang Mokapog mengagungkannya dengan nama : “Dotutinggulu” , Artinya Raja/Dotu yang hebat, yang diandalkan sebagai 'soko guru', atau “balak salawaku” (tiang raja) pada rumah atau dikatakan juga sebagai penolak bala (penangkal bahaya) yang datang mengancam. Konon , dikalangan orang Mongondow beliau disebut sebagai “Dokosinggulo”, artinya kalau ada yang datang dengan maksud akan menyerang atau dengan maksud jahat akan dapat segera ditahan atau ditangkis beliau. Juga kalau beliau bermaksud untuk menyerang suatu negeri maka serangan itu tidak dapat ditangkis pihak lawan. Selain itu beliau juga memiliki keahlian menyembuhkan orang dengan pengobatan tradisional


Musyawarah atau pertemuan besar yang diadakan itu (pertemuan atau “bokiru” , bakid) , tampillah beberapa pembicara terkenal dengan menguraikan isi hati mereka masing-masing , diantaranya :

1. Kahinga (yang tertua diantara mereka) berbicara dalam bahasa Bolangitang Lama : “Mairu kita nita mososo:botu kania botu, motomuki, agu motonotu”. (Marilah kita sekalian bersatu seperti sebuah batu , mengangkat Permaisuri dan Raja) . Demikian antara lain ucapan beliau.

2. Pugu-Pugu (Saudara laki-laki Dotinggulo) berkata antara lain : “Leina kiota (ki Doti) aivuisa agu ai tuhuka nousato, ko vukiru agu ko abigu” (Hari ini dia (Doti) kita mulai pelihara , antarkan sebahagian hasil sawah/ladangmu hai saudara-saudara, baik yang berada di gunung ataupun dilembah.

3. Dotinggulo (yang kemudian terpilih dalam musyawarah itu) berkata dengan nada yang sangat meyakinkan :

“Kiotolu guhango agu usato! Nonalamai tambato, pokodokalo gogule , monone , molunaso, mosayu , molamako” (Hai orang-orang tua dan saudara-saudara ! Anda semua yang telah mewariskan tempat ini , untuk itu besarkanlah harap dan pinta (anda) , berhati bersih, beritikad baik, jujur mulia-gagah, lapang dada, luas pertimbangan, tidak mengenal dengki dan iri satu sam lain). Selanjutnya beliau berkata lagi (berupa sumpah) yaitu : “Ki:ko kumuntalo , moinggagu kodo lalo ,mosopito, movunggalo” (Siapa yang mungkir janji (nanti) , akan kering sendirinya seperti pohon yang sudah mati , (dahan-dahannya) patah dan (pohonnya) rebah ke tanah .


Dengan demikian Dotinggulo menjadi raja/dotu di Kerajaan Mokapog dan serta merta membentmenysun organisasi pelaksana pemerintahan (kabinet) sesuai dengan tugasnya masing-masing . 


Susunannya sebagai berikut :

1. Ketua / Dotu / Raja : Dotinggulo .

2. Panglima / Jogugu (“Palima”) : Dulunga .

3. Kepala Perang (“Panggoba”) : Ginibola.

4. Penasehat Raja / Panglima Parang (“Talenga”) : Baguna .

5. Penguasa Pulau / Laut (“Gumalaha”) : Pongoliu .

6. Penjaga Istana / Pengawal Utama : Monimuluru .

7. Penguasa Adat (“Huku”) : Limbudiso .

8. Pelaksana Pemerintahan Harian (“Sangadi”) : Gula .

9. Ajudan Raja / Beduanda (“Kapita”) : Kudahati .

10. Kepala Pasukan / Barisan (“Kapita Raja”) : Pasigu .

— Sangadi Balok (Daerah Kecil) A (Kapiten Laut, “Kapita Lau”) Lantiuna (Juga bertindak sebagtai Juru Bahasa) .

— Sangadi Balok B (Penguasa Hutan) : Bolulipu .

12 Kepala / Ahli Adat : 

— Di Longano / Lombopaito : Dauwidadawa .

—Di Soligiru / Gineango : Ponuako .

Dalam komposisi pemerintahan ini terdapat pula para pejabat yang bukan asli Mokapog seperti : Lantiuna , Ginibola, Baguna ; yang berarti bahwa Dotinggulo cukup bijaksana dalam menangani hal ini dengan memperhitungkan kecakapan seseorang dan bukan hanya semata-mata dari segi asli orang Mokapog saja . (asli Mokapog ini disebut “madihutu”) .


Selain susunan pemerintahan tersebut diatas , Dotinggulo pun menunjuk / mengangkat beberapa pejabat khusus yang bersifat operasional memegang wilayah tertentu , yaitu :


1 . Pemegang kuasa pemerintahan dari Mokapog ke hulu sungai Bolangitang ialah Solagu (dari kata “so:olagu” = satu bangsa / satu turunan) yang berkedudukan di gunung Lagu . 

2 . Mokapog dibagi atas 3 wilayah (balok , blok ; di Minahasa disebut “walak” yakni :

— Balok Lagang (“Lagongo”, bagian atas atau sebelah atas ) ialah Longgobu (berkedudukan di Vuntu / Gunung Lagongo) .

— Balok Toluaya (bagian tengah) ialah Jacob Goma (berkedudukan di Gunung Giogoso dan menguasai tanah yang datar).

— Balok Vunong (“Vunongo” , bagian bawah atau sebelah bawah) ialah Lei (berkedudukan di Gunung Bu:tu —Tobiho) .


Kepala-kepala balak / wilayah ini disebut “Ulea” atau kemudian disebut “Marsaoleh” .



Dalam susunan pemerintahan terdapat nama-nama jabatan yang rasanya sangat perlu untuk dijelas kan disini yaitu :

1. “Bobato” : seluruh pejabat , anggota kabinet atau Dewan Pemerintahan.

2. “Dotu” : raja , kepala pemerintahan , penguasa tertinggi .

“Pereside:ngo” ,

3. Presiden Raja : Putra Mahkota atau Raja Muda (calon pengganti raja , berkedudukan di Vunong) .“Gogugu” ini sama sekali tidak boleh menjadi raja walau pun ia putra raja.

5 “Kapita Lau” : Penguasa Lautan , pimpinan Angkatan Laut (berkedudukan di Lagang) .

6. “Kapita Parango” : Kepala Pasukan , Panglima Perang .

7. “Kapita Raja” (Kapitan Raja) ; Pengawal / Ajudan Raja .

8. “Anako Pulu” : Asisten Pribadi Raja , pengasuh / penjaga putra-putri Raja dan orang bangsawan .

9. “Ulea” (Marsaoleh) : Kepala Balak (“Ulea” berarti tempat sandaran , tempat menyandarkan sesuatu supaya tidak rebah ; maksudnya tempat rakyat meminta petunjuk , nasehat) .

10. “Sangadi” : Kepala Desa (di Minahasa : Hukum Tua, di Gorontaloo : Ayahanda, di Sangir Talaud, Opo Lao, di Jawa : Lurah). Desa disini wilayah yang lebih kecil dari Balak (“sangadi” cabang pemerintahan yang lebih kecil, “sanga” = cabang).

11. “Paha” atau “Bono” : petugas pemerintahan langsung dibawah sangadi , langsung berhubungan dengan rakyat. “Paha” atau “Pahala” atau “Pahala: wango” artinya tempat meletakkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan, pelaksana pemerintahan langsung dengan rakyat.

12. Selain itu ada lagi bobato-bobato lain seperti :

— “Manyo: ru Dokalo” (pemegang kuasa adat, akhli adat, penasehat raja dalambidang adat).

(“Manyo:ru Dokalo” = Mayor Besar).

— “Manyo: ru (Mayor) pangkat setingkat lebih rendah dari “Manyo:ru Dokalo”.

— “Huku Manyo: ru” (Hukum Mayor), akhli hukum adat, pemutus sengketa atau perkara.

— “Sabandaru” (Syahbandar), penguasa pelabuhan.

Para pejabat tersebut diatas mendampingi raja sesuai dengan urusan masing-masing……… 

_________________________________________________
(disusun kembali oleh psp - mokapogcentre)
 

Mencari dan Menemukan Kembali Mata Air Kearifan Lokal

Rekonstruksi Sejarah Lokal : Mencari dan Menemukan Kembali Mata Air Kearifan Lokal 

Dalam situasi kelangkaan dokumen dan terbatasnya catatan – catatan yang dapat dijadikan sumber penulisan, metode “wawancara mendalam” dengan para tokoh lokal yang masih hidup, merupakan sisa pilihan yang tidak terhindarkan. Secara metode, menurut para ahli , pilihan ini dalam historiografi modern dikenal sebagai metode sejarah lisan. Wawancara dengan mereka-mereka , yang kita sebut saja sebagai tokoh estafet pewaris tradisi sejarah lisan ini , mencoba menggali memori dan refleksi mereka atas kisah-kisah turun temurun yang dikisahkan dari bapak kepada anak dan seterusnya dari anak kepada cucu . Dengan demikian, ini berarti kita tidak mendapatkan kisah dari pelaku sejarah sebagai sumber primer. Namun demikian pemeriksaan silang dengan berbagai catatan diluar sumber lokal dan beberapa literatur sejarah lokal dari daerah-daerah sekitar yang pada masanya memiliki keterkaitan sejarah atau yang memiliki catatan tentang dinamika dan interaksi dengan daerah ini, dapat membantu kita dalam mendekati obyektifitas sejarah.

Bisa jadi , ketika pendekatan sejarah kritis digunakan , ingatan kolektif yang disimpan dalam historiografi tradisional atau tradisi lisan lokal itu, bukanlah sesuatu yang menggambarkan kepastian sejarah. Peristiwa yang direkam dalam ingatan kolektif itu mungkin saja hanya mitos, yang sesungguhnya merupakan eksistensi pertanggung jawaban kultural terhadap perubahan fundamental dari landasan kehidupan kebudayaan yang telah terjadi.

Walaupun perlu kita catat bahwa kelemahan faktual dari kesaksian itu masih belum dibuktikan. Namun, andaikan kemudian terbukti bahwa realitas sejarah yang sesungguhnya tidaklah sebagaimana yang dikisahkan itu, arti dalam ingatan kolektif yang dipelihara tersebut, tetap penting sebagai bagian dari dinamika sejarah dalam hasanah budaya tradisional suatu masyarakat. Sebab sejarah juga memperlihatkan bahwa yang dipercayai sebagai “fakta yang benar” itulah, yang sesungguhnya memberi pengaruh dalam kesadaran dan pola perilaku sosial. Ingatan kolektif memang sumber utama dari proses pembentukan mitos , sedangkan mitos pada gilirannya adalah salah satu unsur yang membentuk etos dalam proses penentuan pilihan perilaku.

Sejarah hanyalah usaha untuk merekonstruksi peristiwa yang terjadi dimasa lalu – apakah yang terjadi dua tiga ratus tahun yang lalu atau yang jauh sebelumnya, mungkin tahun lalu atau malah bulan lalu. Karena itulah sejarah tidak merupakan terapi untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi masa kini. Tetapi meskipun demikian, sejarah memberi kemungkinan bagi siapapun yang memperoleh pengetahuan tentang berbagai usaha masyarakat dimasa lalu itu, tentang keberhasilan maupun mengenai kegagalan dalam mengatasi masalah mereka, atau tentang bagaimana manusia memenangkan atau gagal dalam pergumulannya dengan nasibnya. Karena itulah sejarah bisa dianggap sebagai reservoir kearifan yang bisa dipelajari atau direnungkan.

Sebagai hasil dari rekonstruksi masa lalu yang disengaja, maka bentuk dari kehadiran sejarah sangat tergantung dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada sumber-sumber yang tersedia, atau sebaliknya keengganan menggunakan sumber-sumber yang dianggap mungkin dapat mengubah “sejarah” yang telah dibayangkan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan pemahaman atau tafsiran tentang sejarah. Sehingga karena nya validitas rekonstruksi sejarah dan kemampuan hasil rekonstruksi tersebut dalam menemukan kearifan yang dicari, sangat pula tergantung pada corak pertanyaan yang diajukan dan pada kesediaan menggunakan secara kritis sumber-sumber yang relevan, apa adanya. Manakala pertanyaan itu semakin bersifat subyektif golongan/kelompok atau sejenisnya, maka semakin kecillah kemungkinan untuk menghasilkan rekonstruksi yang akurat, sehingga semakin kurang pulalah kemungkinan hasanah kearifan yang bisa diperoleh darinya.

Seorang ahli sejarah mengatakan : “Sejarah bukanlah hanya hasil usaha rekonstruksi dari peristiwa dimasa lalu atau bahkan bukan pula hanya salah satu cabang keilmuan saja. Sejarah adalah juga salah satu bentuk dari wacana ,... discourse ,... mengatakan sesuatu tentang sesuatu “.
Selanjutnya ,.......... terserah ………
(psp - mokapogcentre)
 

Prosesi Adat Istiadat Perkawinan Bintauna


Peminangan (Molonda’o) artinya Pertemuan Pertama dari kedua orang tua Laki-Laki dan orang tua perempuan yang di fasilitasi oleh Lembaga Adat dengan maksud Memohon kepada Orang Tua perempuan dimana seorang anak perempuan sebaya (…) dimohon dan diminta kiranya mendapat persetujuan dari pihak laki-laki belum mendapat jawaban dengan alasan masih menanyakan kepada seorang perempuan di mana mereka sudah ada saling hubungan cinta.
Nanti selang beberapa hari kemudian dari pihak mempelai perempuan menyampaikan kabar kepada orang tua pihak laki-laki bahwa sudah mendapat jalan yang baik untuk ditempuh. Maka orang tua dari pihak laki-laki bersama orang tua Adat mendatangi rumah dari orang tua pihak perempuan untuk mensyukurinya dimana peminangan sudah di terima. Kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah memintakan susunan rincian adat istiadat kawin mawin dari pihak perempuan. Maka selang beberapa hari orang tua dari pihak perempuan telah mengutus salah seorang lembaga adat untuk mengundang kepada pemengku adat, para pelaksana adat dan pegawai syar’i untuk musyawarah membuat rincian adat istiadat kawin mawin dengan susunan sebagai berikut :

  1. Pinokumana                          : Rp 100.00
  2. Sopoto Rea Mopange             : Rp 60.000
  3. Lontupo Lima                        : Rp. 75.000
  4. Vatanga Nokati                      : 30 Pohon Kelapa Berbuah
  5. Tila Vatanga Vai Muda           : 48.000
  6. Hiaho                                    : Rp. 150.000
  7. Learo                                    : Rp 300.000
  8. Tinua Timbale                        : 2 Pohon Kelapa Berbuah
  9. Pinopopotika                          : 2 Pohon Kelapa Berbuah
 

Asal Mula Nama Mokapog


Mokapog atau Mokapogu adalah nama sebuah negeri lama di Sulawesi Utara , sebuah kerajaan berdaulat dan berpemerintahan sendiri yang eksis didaerah kita ini sampai dengan kurang lebih sekitar empat abad yang lalu, menjelang kedatangan bangsa-bangsa Eropah seperti Portugis, Spanyol , dan kemudian Belanda ketanah air kita.
Wilayah nya kurang lebih meliputi luas kabupaten Bolaang Mongondow Utara sekarang. Letak pusat pemerintahannya didaerah ketinggian pegunungan arah selatan Bolangitang sekarang. Penduduknya merupakan gabungan dari kelompok-kelompok yang berasal dari lereng gunung Kabila, gunung Lagang Kadul , kelompok yang berasal dari Molibagu , Doluduo dan Dumoga.
Mokapog merupakan negeri induk yang dikemudian hari berkembang menjadi tiga kerajaan yang kita kenal sebagai Kerajaan Kaidipang , Kerajaan Bintauna dan kemudian Kerajaan Bolangitang.
( catatan: Ditahun 1912 kerajaan Kaidipang dan Bolangitang dipersatukan dengan nama Kerajaan Kaidipang Besar dengan ibu negerinya Boroko ).
Kerajaan Kaidipang didirikan oleh Pugu pugu Maurits Datubinangkal Korompot, Kerajaan Bintauna didirikan oleh Datu Solagu atau Datunsolang . Raja pertama Kerajaan Bolangitang adalah Salmon Muda Pontoh.
Adapun Kerajaan Kaidipang Besar ( 1912 — 1950 ) , diperintah oleh Rajanya yang pertama dan terakhir yaitu Raja Ram Suit Pontoh (R.S.Pontoh).
( PSP – MC )

 
 
Support by : Kakay Gembel | Putry | Zhafif
Copyright © 2011. Seni dan Budaya Bolmong Utara - All Rights Reserved
Template Modifi by Creating Website Published by Zhafif
Proudly powered by Blogger